Reportase Maiyah Kalijagan 10 November 2017 (Bagian 2)
Acara dimulai oleh Kang Hajir dengan sholawatan dan syair jawa yang berisi tentang keutamaan dan semangat untuk terus ngaji (sinau). Setelah sholawatan Kang Hajir mulai mengupas bagaimana tasawuf dituduh sebagai kemunduran Islam. Orang mengira tasawuf hanya memikirkan akhirat, padahal para ilmuwan Islam dulu sebelum mempelajari sains mereka mendalami tasawuf dulu.
Kang Hajir juga menuturkan bahwa Rasulullah memenangkan perang, walau jumlah pasukan sedikit bisa mengalahkan musuh yang jumlahnya lebih banyak. Pasti banyak yang memandang ajaib, mu’jizat. Tapi bila mau melihat dibalik menangnya itu adalah dengan pengetahuan sains, siasat perang yang jitu.
Tetapi orang mungkin lupa akan hal itu, dan lebih percaya ilmuwan barat yang hebat dalam menemukan sains. Jauh sebelum itu ilmuwan Islam sudah mempelajari sains, dan jadi inspirasi bagi orang Barat. Dan itu hasil dari mereka bertasawuf, menggali apa tertulis dalam Al-Quran.
Kemudian Kang Ahyar menjelaskan bagaimana kaitan tasawuf, syari’at, dan fiqih. Kang Ahyar menafsirkan tasawuf itu “LailahailaAllah” tidak ada apa apa, selain mendekatkan diri kepada Allah. Karena tasawuf pertama adalah tauhid. Dan yang harus dilakukan hamba adalah Jihad, lalu berijtihad, dan mujahadah. Ya memang itu maksud hidup di dunia.
Lalu Kang Joko menguraikan bahwa pengetahuan tidak dengan dadakan akan tetapi hasil dari orang yang bertasawuf karena tasawuf itu membedah masalah dengan detilnya. “Tasawuf dengan sains sudah jelas berkaitan dalam satu kesatuan yang mendukung. Tasawuf tidaklah pas jika dianggap suatu kemunduran sains tapi malah menjadi hal penopang lahirnya sains. Dan tasawuf itu lebih unggul dan tua daripada sains”. jelas Kang Joko. (Ajib Zakaria)