Mukaddimah Majlis Maiyah Kalijagan edisi 2 Februari 2018
Membicarakan suatu bangsa tentu tidak lepas dari tradisi dan kultur budaya yang membentuk karakteristik masyarakatnya. Indonesia merupakan suatu bangsa yang diciptakan Allah dengan ragam tradisi dan budaya. Dari situ, sepatutnya kita bersyukur, karena Allah menghendaki(memerintah) kita terlahir dan bertumbuhkembang di Indonesia yang kaya. Selain kaya tradisi dan budaya Indonesia juga kaya sumber daya alam.
Indonesia itu ibarat “mozaik” yang indah di pandang. Tentunya dengan jarak dan sudut pandang tertentu. Bagi para ahli antropolog asing, utamanya, mozaik itu menjadi gudang pengetahuan yang tak habis-habis untuk mereka gali. Tapi sayangnya, mozaik itu sedikit sekali artinya, bahkan bisa dikatakan tak berarti bagi manusia-manusia yang dilahirkan di Indonesia.
Mozaik pertama adalah “bhineka tunggal Ika”, berbeda-beda namun tetap satu., kemudian memberikan kesan Indonesia sebagai bangsa yang washilah(jalan) yang beragam, namun punya ghoyah yang tunggal. Mozaik kedua, Indonesia adalah negara yang tidak mengaku diri sebagai negara Islam, namun dalam falsafah kenegaraannya yakni Pancasila butir pertama yang berbunyi Ketuhanan yang Maha Esa. Butir pertama inilah yang memiliki hal sama sebagaimana Islam, Allah yang Maha Esa. Meski bukan negara Islam, namun Indonesia memiliki peran sebagaimana serambi. Serambi bukan bangunan utama namun secara sederhana menjadi bagian integral dari bangunan induk. Dan masih banyak mozaik-mozaik yang mesti saling kita bagi satu sama lain.
Anugerah yang diberikan Allah kepada bangsa ini sebagaimana hal tersebut wajib kita syukuri dengan cara menjaga dari ancaman perpecahan. Jangan sampai perbedaan itu menjadikan kita tercerai-berai. Sudah menjadi keniscayaan bahwa perbedaan itu fitrah. Secara tegas Allah berfirman dalam QS Al-Hujarat(49):13 “Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kalian dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kalian berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kalian saling mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia di antara kalian di sisi Allah adalah orang yang paling bertakwa. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal.”
Salah satu cara agar kebhinekaan itu terawat dengan baik dan harmonis yaitu dengan menciptakan ruang pertemuan. Dari pertemuan akan ada komukasi antar-manusia, antar-paguyuban, antar-budaya dan antara satu sama lain yang berbeda. Dalam komunikasi, setidaknya kita akan menemui perkenalan, kasih sayang dan cinta. Dari komunikasi itu, minimal menimbulkan reaksi guyub, yang biasanya akan berdirilah suatu paguyuban.
Untuk lebih lanjutnya, mari kita buka serambi yang membatasi pandangan bangunan kita satu sama lain untuk mengetahui bagaimana keguyuban dan mozaik-mozaik lainnya di Forum Maiyah Kalijagan, Jum’at, 2 Februari 2018 di Pelataran Masjid Agung Demak bersama Gus Aly Mashar, Gus Muhammad Aniq, Bapak Nadhif Alawi, Muntoha Ihsan, Haryanto dan Rebana Tanbihun. [Ahyar/ Redaksi Kalijagan.com]