Mukaddimah Maiyah Kalijagan Demak Edisi 9 Maret 2018
Belajar mengenai air, kita bisa melihat dari banyak dimensi. Diantaranya, air itu tidak sendiri, tidak ada yang tunggal dari air. Bisakah engkau temukan ukuran untuk menyebut air sebagai satu air? Paling-paling takaran yang dinamis dengan “setetes”. Artinya air itu bersama-sama, ma’a, maiyah. Dari sini, kita akan menemukan hubungan antara Demak, Maiyah dan air. Apalagi Demak akhir-akhir ini dilanda banjir sehingga kebersamaan itu tidak hanya dirasakan air yang menggenang, tetapi manusianya juga.
Konon, geografis Demak dahulu kala adalah rawa, sebagian sumber mengatakan adalah selat antara pulau jawa dan pulau muria. Nama Demak sendiri diambil dari kata “dima’un” yang berarti banyu/air. Sebagaimana Mbah Nun pernah sampaikan bahwa “hidup adalah getaran yang mengalir dan aliran yang bergetar”, menunjukkan ada unsur air yang mesti ditadabburi jamaah Maiyah. Bertepatan pula, di antara wali songo, hanya wali dari Demak yang memiliki nama dengan dimensi air, “kalijaga”, Sunan Kalijaga, kemudian sedulur maiyah Demak meminjamnya sebagai penanda, pengingat dan nama: Kalijagan.
Sebagaimana jamaah Maiyah yang tidak jelas pendirinya siapa, ketuanya siapa, ormas ya bukan, parpol ya bukan, LSM ya bukan, kampus ya bukan, dan iya yang bukan-bukan itu. Air itu datangnya dari mana, langit atau bumi atau yang lainnya? Air itu mengalirnya dari tuk/mata air atau dari lautan atau dari yang lainnya? Air itu mengalir dari atas ke bawah atau dari bawah menyembur ke atas atau dari yang lainnya? Air itu bentuknya seperti apa, warnanya bagaimana?
Dari sana kita perlu belajar lebih mengenai air/banyu, agar kita tidak salah mengkapitalisasikan air. Tidak salah sangka bahwa air sebegitu jahatnya membanjiri kampung-kampungmu. Tahu titik koordinat Demak sebagai kota yang berdaulat atas apa. Mengerti Maiyahnya air dan air yang berMaiyah. Memiliki wawasan “jannatin tajri min tahtihal anhar” secara bening. Paham mengenai aliran, baik fragmen sosial, politik dan kebudayaan secara lengkap.
Melanjutkan aliran tema bulan lalu, “serambi paguyuban”, jangan-jangan Demak itu serambi Maiyah: serambi kebersamaan, serambi Madinah: kota yang mengedepankan nilai dinamisnya air. Kalijagan edisi 9 Maret 2018, mengangkat “Demakiyah: Sinau Miline Banyu”, untuk kita bersama sinau banyu, sinau aliran, sinau merawat sungai, jaga kali. Mensyukuri rahmat Allah berupa air hujan, air sungai, air segara dan air-air lainnya. [HBA/ Redaksi Kalijagan.com]