Aksi heroik pemicu decak kagum adalah bagian tak terpisahkan dari hiburan layar kaca. Adegan-adegan semacam itu biasa muncul di film-film ber-genre action. Terlebih film-film bernuansa espionage (mata-mata), para pemeran nan ‘serba samar’ (identitas, karakter, dsb.) dengan alur kisah yang sulit ditebak.
Apapun ‘laku’nya, semuanya sedang dalam misi yang tidak boleh gagal, terlepas untuk siapa mereka bekerja. Dalam satu paket cerita, biasanya tidak hanya satu orang ‘yang bermain’. Ada agen eksekutor misi lain dengan modus berbeda. Pastinya, ‘identitas sejati’ haram terbongkar.
Agen berpengalaman dapat memahami situasi sekitar, termasuk mendeteksi ‘pemain lain’ yang menutup rapat ‘aurat’nya. Begitulah, tidak perlu dibahas panjang lebar dan tinggi tentang dunia itu sebab tulisan ini bukan sinopsis film mata-mata.
BUKAN ALAM LAYAR KACA
Dunia selalu ada saja dijejali para exhibitionist kehebatan. The Environment of kehebatan mencakup banyak hal. Bisa saja kekayaan, kepandaian atau kelihaian untuk ‘menjadikan’ diri seorang bak menara gading di tengah padang tandus.
Aktualisasi diri menjadi tak terpisahkan dari jiwa dan raga ‘orang-orang hebat’. Apalagi jika bukan untuk ‘pembuktian’? Kompetisi ‘manusia modern’ tidak jauh dari “Ctrl+B” dan “Ctrl+U”, menebalkan diri dan menggarisbawahi diri sendiri. Menjadi pusat perhatian memang asyik, di tengah-tengah alur paragraf kehidupan yang masih banyak ‘typo’ sana sini.
Banyak motif ‘pembuktian’, satu misal ‘mengejar mimpi’. Apa salahnya ‘mengejar mimpi’? Masih relatif benar jika cara pandang yang digunakan bahwa kita semua saat ini sedang ter-‘tidur’. Sebab, dalam semesta komprehensi tarikan dan hembusan napas, kita masih banyak ‘tak sadar’ ketimbang ‘sadar’nya. Sejenak ‘bangun’, kemudian ‘tidur lagi’. Bangun lagi, tidur lagi. Begitu seterusnya hingga kelak ‘dibangunkan’ Yang Maha Tidak Ngantuk, Yang Maha Tidak Tidur, apalagi tertidur.
Mewujudkan cita-cita sering dinilai perjuangan mulia. Tidak ada yang hina, jika cita-cita itu tidak mengorbankan yang semestinya betul-betul diperjuangkan secara ‘rahasia’ dan penuh kehati-hatian. Mengapa ‘rahasia’? Sebab ‘jagad kecil’ di luar sana akan menertawakan realitas ‘jagad besar’ yang kerap disempitkan dan dikerdilkan oleh ‘ego’ seluas jagad raya.
Dan mengapa mesti penuh kehati-hatian? Jalan ‘kebenaran’ tidak jarang diilustrasikan seluas satu helai rambut yang terbelah tujuh bagian, yang sisi kanan dan kirinya disesaki lengan-lengan butuh pertolongan. Kepleset dikit, jurang ‘neraka’ selalu siap menjadi penadah para ‘pendosa’.
MANUSIA SEBAGAI AGEN RAHASIA
Secara hakiki, setiap orang mengemban ‘misi rahasia’ yang harus dituntaskan sesuai ‘perintah’. Namanya ‘rahasia’, bahkan diri sendiri belum tentu memahami terlebih orang lain. Jadi, apa rahasia misi di balik misi rahasia yang semestinya dirahasiakan? Manusia adalah rahasia Tuhan, Tuhan adalah rahasia manusia.
Ketahuilah di alam mimpi dalam tidur, seseorang tak kuasa mengendalikan tiap detil kejadian yang dialami. Hal tersebut bisa menjadi gambaran analogis bahwa ‘alam tidur’ di dunia yang ‘adam’ ini, segala laku hidup sudah pasti di bawah kendali Yang Maha Otoritas yang kerap kali malah menjadi ‘faktor pelengkap’ oleh para ‘pengejar mimpi’. “Kita lakukan yang terbaik, sisanya biar jadi urusan Tuhan”. Sejak kapan Tuhan tidak mengurus segala sesuatu? Sembrono!
Inilah celakanya, Tuhan dianggap ‘lepas tangan’ terhadap semua laju kendali roda zaman. Tingginya cita-cita, gigihnya perjuangan, telah mampu mencopot ‘secara paksa’ kemahadigdayaan Sang Pemilik Masa Lalu dan Masa Depan kehidupan.
Dengan misi rahasia yang sedang digendong, bukankah sejatinya kita ini adalah ‘agen-agen rahasia’ Tuhan di dunia ini?
MARKET AIB-STORE DEPOT AURAT
Saat ini orang terbilang berani membayar berapa pun untuk menyantap rahasia yang sejatinya berpotensi menjadi racun mematikan jika beredar di saluran pencernaan akal sehat kita. Permintaan ‘aib’ dari hari ke hari tidak menunjukkan trend menurun, tidak seimbang dengan supply ‘borok’ yang semestinya ditutupi bahkan disembuhkan. Jika persediaan menipis, maka segera diproduksi ‘aib-aib’ baru terlepas itu fakta atau fiktif. Atas nama pasar, ‘limbah beracun’ pun disulap menjadi santapan viral yang umumnya seumur jagung.
Agen rahasia tidak butuh ‘viral’ di ‘alam mimpi. ‘Alam bangun’ yang sesungguhnya adalah ketika seluruh manusia menyadari bahwa menyia-nyiakan ‘tidur’ merupakan kerugian besar. Tidur yang baik tidak bergantung seberapa lama kuantitas waktu yang dihabiskan, namun kualitas yang dihasilkan dari tidur tersebut. Itulah definisi ‘panjang umur’.
Bisa jadi seseorang ‘viral’ di antara sesamanya, tapi tidak sama sekali ‘di mata’ Tuhan. Rumus sederhanya, semakin ingin terkenal di mata manusia semakin tidak tenar ‘di hadapan’-Nya. Dengan demikian menjalani misi rahasia tidak perlu ada apapun untuk dibuktikan di depan batang hidung manusia, kecuali budi pekerti luhur.
Itulah keikhlasan, rela ‘tidak populer’ namun verified ‘selamat’ di hadapan Yang Memberi Perintah. Demikian itu manusia ‘selera langit’, tidak tenar di muka bumi namun ‘viral’ di alam ‘malakuut dan jabaruut’.
SEKAWAN-AN KALIJAGAN
Para agen rahasia di Kalijagan sudah berlatih untuk ‘tidak gampang bocor’/mrembes selama empat tahun, bahkan mungkin lebih. Jangan ditanya jumlahnya berapa yang terdaftar, bagaimana mekanisme rekrutmennya, atau sudah berapa banyak ‘operasi senyap’ yang dijalankan.
Setiap agen langsung bertanggung jawab kepada Yang Punya Perintah. Berusaha reliable dengan ‘tidak mengerjakan kecuali diperintah, melakukan apa saja kecuali dilarang’. Itulah ‘abdi rahasia sejati’, para ‘secret service’ yang berlomba-lomba mencapai jalan selamat tanpa harus saling mencelakai. Jika bisa saling membantu ‘dalam sunyi-sembunyi’.
Dunia adalah ‘alam terang’, namun menjadi bilik menyelinap bagi para pencari ‘cahaya sejati, sejatinya cahaya’. Para penyelinap dalam terang berupaya tidak tertipu gemerlap menyilaukan, yang sesungguhnya adalah bias-bias kegelapan. Meskipun kegelapan sejatinya adalah bagian dari ‘cahaya sejati’ itu sendiri. Yaa Jalaalu, Wa Jalaalu.