Aku berpikir makin sederhana, tak bisa lain
Misalnya perihal bumi ini, hanyalah terbagi dua
:Yang ditumpahi cahaya, oleh sang matahari
Serta yang gelap, di mana hidup pucat lesi
“Terus menerus aku Kau lukai!” kata si Cengeng
“Hari demi hari kureguk nanah sendiri.”
“Kau, katak, berputar-putar di pojok!”
Demikian jawab Tuhan, yang dituduh terlalu banyak minta
“Jongkokmu kaku, tak terpandang semesta olehmu
Sedang bukan luka yang menggores keningmu.”
Tapi di daerah cahaya, betapa lantang keangkuhan memekik
Di sumur-Mu orang berebut minum, demi rasa haus langit terik
“Tuhan,” kata burung yang tahu makna setia
Sehabis semua bagai anjing mengikik—
“Kapan kenyang bisa ranum?”
1979
Puisi Karya Emha Ainun Nadjib (Mbah Nun) dalam buku ‘Sesobek Buku Harian Indonesia’,
Bentang Pustaka, Yogyakarta, 2017