Selalu kupanggil-panggil namaku
Aku mengangguk dan tersenyum kepadamu
Tapi sebenarnya kabutlah
Yang kau panggil itu
Kau seret tubuhku, kau bawa ke perjalanan
Kau perkenalkan kepada setiap orang
Kabut pun menebal, diriku tersembunyikan
Tak kau ingat sudah berapa topeng
Yang kau tempelkan di wajahku?
Jadi engkau sendirilah ini, bukan aku
Tetangga, politik dan persangkaan
Nafsu, idiotari dan kepentingan
Mengepulkan debu, mengabuti sejatiku
Kita semua adalah Tuhan yang menyamar
Menyiksa diri dengan sejarah yang samar-samar
Kalau tak juga kau tanggalkan topeng-topeng ini
Kepalsuan kita panggul sampai mati
Puisi Karya Emha Ainun Nadjib (Mbah Nun) dalam buku ‘Sesobek Buku Harian Indonesia’,
Bentang Pustaka, Yogyakarta, 2017