Ada kata-kata menarik yang beredar di masyarakat yang diyakini dari Sunan Kalijaga, seorang wali di tanah Jawa yang sangat dihormati. Kata-kata dari wali yang makamnya di Kadilagu Demak ini antara lain adalah nglurug tanpo bala, menang tanpa ngasorake, sekti tanpa aji aji, sugih tanpa bandha.
Tema Kalijagan kali ini adalah ‘nglurug tanpa bala’ yang artinya mendatangi ‘musuh’ sendirian tanpa pasukan, tanpa teman. Tetapi sebenarnya yang akan dibahas adalah kata tanpa yang pada rangkaian kalimat itu diulang beberapa kali. Akan timbul pertanyaan, jika tanpa bala atau teman, tanpa bandha atau harta, tanpa aji atau kesaktian lantas membawa apa? Pertanyaan kedua yang muncul adalah kenapa kita tidak menggunakan itu semua? Apa salahnya kita menggunakan harta, kesaktian, dan juga teman? Laku apakah itu sehingga kita tidak perlu menggunakan itu semua?
Bisa saja jawabannya adalah menghadap kepada Gusti Allah. Menghadap Gusti itu bisa salat, bisa mati. Ketika kita salat maka hati kita sendirian. Kita menanggalkan harta kita, menanggalkan kesaktian kita, juga mengandalkan teman kita. Kita bertanggungjawab sendiri atas perbuatan kita. Demikian juga dengan mati, kita melepas semua kebanggan kita. Untuk apa kita memamerkan harta kita kepada yang maha kaya? Untuk apa kita memamerkan kesaktian kita kepada pemilik kesaktian, dan untuk apa kita pamer punya teman banyak jika mereka tidak saggup pula membela diri mereka sendiri?
Lalu apa yang kita bawa? Yang kita bawa ada di hati ia adalah serupa cinta, sebentuk iman, dan selaku taqwa. Hanya dengan itu kiranya kita layak menghadap kepada yang Maha segala Maha.
Kalijagan pada edisi November 2022 yang akan dilaksanakan pada hari Jumat tanggal 04 itu akan membahas tentang “Nglurug Tanpa Bala”. Tentu saja masih terbuka ruang persepsi dan pemahaman atas tema tersebut, untuk itulah kita perlu saling belajar di forum ini. Mari.