Mukadimah Kalijagan 6 Januari 2023
Pada Maret 2018 Kalijagan mengangangkat tema “Sinau Miline Banyu”. Acara berlangsung di halaman Masjid Agung Demak. Pada waktu itu Demak baru saja mengalami bencana banjir di beberapa daerahnya. Acara dihadiri oleh teman-teman LSM yang berkecimpung pada bidang lingkungan seperti abrasi, rop, penurunan tanah mulai dari sebab sekaligus dampaknya.
Pada awal tahun 2023 ini Demak mengalami hal yang sama, bahkan mungkin lebih parah. Banjir terjadi tidak hanya pada wilayah ‘pinggir’ tetapi sudah masuk ke pusat kota. Jika diibaratkan perang, musuk sudah menguasai kota. Memang banjir besar tidak kali pertama terjadi di Demak. Pada tahun 1976 juga terjadi banjir besar, kemudian pada tahun 1994 juga terjadi banjir besar di Demak, tetapi dari frekuensinya banjir kali ini lebih sering.
Kalijagan pada bulan pertama tahun 2023, atau satu bulan menjelang ulang tahunnya yang ke-06 mengangkat tema ‘Iki kuta dudu segara”. Pada awal tahun ini terjadi banjir besar di banyak tempat di kota Demak. Ini semacam lonceng peringatan bagi kita. Kita harus berubah. Ada alasan-alasan kita harus berubah. Pertama karena lingkungan kita berubah maka kita harus ikut berubah, jika tidak maka kita akan tenggelam. Perubahan lingkungan karena perbuatan kita, maka acara perubahan dan lingkungan itu seperti ayam dan telur, semua bisa menjadi sebab dan akibat secara bergantian. Alasan kedua kita harus berubah juga karena, tidak akan berubah nasib suatu kaum jika dia sendiri tidak berusaha.
Pada edisi Desember 2023, Suluk Maleman mengangkat teman ‘Membaca isyarat’ pada diskusinya membahas bahwa Allah telah memberi banyak isyarat tetapi manusia pura-pura tidak mendengar. Kebudegan itu banyak faktor penyebabnya seperti kepentingan ekonomi. “Jika yang menangkap isyarat itu adalah orang yang tidak punya kebijakan, lalu bagaimana Bib?” tanya jamaah kepada Habib Anis. Lalu beliau menjawab, “Ya harus melakukan usaha meski sendirian.”
Mari bicara demokrasi, sebuah sistem pemerintahan yang diyakini paling baik di dunia itu. Demokrasi adalah sebuah sistem yang keputusan-keputusannya diambil secara bersama untuk kepentingan demos-nya. Tapi pada kenyataanya, demokrasi dicuri oleh pihak-pihak tertentu dengan cara memodali calon pemimpin dan membeli suara pemilih. Tujuannya adalah agar kendali atas kekayaan, eksploitasi sumber daya alam masih dipegangnya. Lalu bagaimana cara melawannya? Ada teori yang mengatakan bahwa cara melawannya adalah menumbuhkan kesadaran masyarakat lalu merebut puncak kekuasaan itu dan baru membuat kebijakan yang pro dengan masyarakat seperti buruh, petani, dan kebiasaan yang merusak alam tersebut. Dengan demikian kekayaan tidak hanya dikuasai oleh segelintir orang tetapi dinikmati oleh banyak orang. Oranag banyak itu ya orang yang kebanjiran itu. Iki kuta dudu segara. Kok jadi serius begini?