Dalam sebuah kesempatan Mbah Nun pernah menyampaikan, kita harus bersyahadat setiap saat. Hasil dari syahadat adalah iman. Dalam bukunya ‘Ensiklpedia dakwah’ Mbah Ahmad Fuad Effendy menyampaikan bahwa pilar pertama dalam Islam adalah Iman, dan Iman yang paling mendasar adalah bersaksi bahwa Allah adalah Tuhan yang maha Esa, dan Muhammad adalah Rosul Allah. Empat rukun Islam yang lain yakni salat, zakat, puasa, dan haji disebut ibadah murni (ibadah mahdhah). Jika Islam adalah banngunan maka syahadat adalah fondasinya dan ibadah mahdoh yang lain adalah pilarnya, dan puncak dari ibadah itu adalah akhlak.
Syaikh Nursamad Kamba dalam bukunya, memberi makna syahadat sebagai menyaksikan bukan kesaksian. Jika kesaksian maka bersifat formalistik dan sesaat, sedangkan menyaksikan bermakna tindakan berkesinambungan. Penekanan makna syahadat sebagai kata kerja ‘menyaksikan’ erat kaitannya dengan Islam sebagai dimensi kepasrahan diri. “Kita harus menyaksikan setiap saat bahwa tiada Tuhan selain Allah agar kita tetap berserah diri kepada-Nya di setiap ruang dan waktu.” Jika kita melakukan ini maka kita terhindar dari kemungkaran.
Cara kerjanya mudah, cukup layangkan padangan ke segala arah dan yakini bahwa semuanya adalah ciptaan Allah termasuk diri sendiri. Jika hal tersebut dilakukan setiap saat maka akan terbentuk sikap rendah hati, fleksibel, lemah lembut, lapang dada, dan sejenisnya.
Bagain pertama dalam syahadat adalah kita menyaksikan setiap saat bahwa tiada Tuhan selain Allah agar setiap saat kita menyerahkan diri kepada-Nya, maka bagian kedua merupakan kesatuan. Kita menyaksikan bahwa apa pun yang dilakukan oleh Rosulullah adalah semata-mata bentuk penyerahan diri kepada Allah. Jadi syahadat mangandung tekad meneladani Nabi sejak awal.
Demikianlah kita memahami fondasi agama kita, semoga bermanfaat dan menjadikan kita lebih baik.
Gambar: Masjid Jami’ Baitussalam Wonosalam Demak