1/
Saya membaca tulisan Kang Arafat—Awal-Awal Kehadiran Kalijagan, langsung biyak, membuka memori tentang Kalijagan. Memang benar awal pertama untuk membuat wadah Maiyah di Demak, Kang Hajir mengajak Saya dan Ipnu untuk memulai mempelajari tentang Kanjeng Sunan Kalijaga. Diawali dengan mencoba membedah Syair Kidung Rumekso Ing Wengi.
Kala itu Kalijagan belum bernama Kalijagan yang sekarang. Dulu tujuannya hanya ingin mengumpulkan teman-teman Demak yang aktif mendatangi majlis ilmu Maiyah di Gambang Syafaat, yang berada di titik kota Semarang, yang diselenggarakan setiap sebulan sekali di tanggal 25. Kang Hajir yang berinisiatif untuk membuat sebuah lingkaran agar ketika teman-teman yang aktif terutama yang bedomisili di Demak bisa merasakan suasana yang sama seperti di Gambang Syafaat.
Terbentuklah forum Sinau Bareng di Demak dengan tema di atas, yang dihadiri oleh Kang Hajir selaku tuan rumah, Saya, Ipnu dan temannya. Acara baru kita mulai tiba-tiba temannya Ipnu meminta ijin pulang karena ada keperluan yang mendadak. Akhirnya tinggal kami 3 orang saja, mempelajari karya Kanjeng Sunan Kalijaga. Walaupun belum begitu paham tapi kami berusaha mencari maknanya karena forum ini adalah sinau ya otomatis belajar. Sampai dirasa waktu sudah cukup acara kita sudahi, dilanjut ngopi santai dan ngobrol.
2/
Di hari lain saat Kang Hajir berjalan-jalan ke Demak kota, di kawasan Tembiring tidak sengaja melihat tulisan ‘Kopi Maiyah’. Awalnya mau mampir tetapi warungnya masih tutup. Lain waktu, Kang Hajir memberitahu saya dan Ipnu untuk silaturrahim ke warung tersebut.
Di hari-hari berikutnya kami datang ke warung ‘Kopi Maiyah’ tersebut dan disambut oleh Pemilik warung kopi, beliau adalah Mas Djoko. Sebagaimana saat datang ke warung, kami memesan kopi. Mas Djoko menawari, kopinya itu kopi lelet atau biasa. Kami pesan kopi lelet saja. Usai disuguhkan, kami berkenalan dengan Mas Djoko.
Kami datang dengan gelas kosong—karena ingin ngopi jadi gelasnya kosong lur—, lucu kan? Kalau enggak lucu, jangan ketawa. Maksudnya kami datang ingin belajar banyak kepada beliau. Salah satunya, kenapa nama warungnya ‘Kopi Maiyah’? Kenapa tidak ‘Kopi Lelet’ atau nama-nama yang lain, yang lebih branded.
Akhirnya beliau mengisi gelas kosong kami. Bercerita bahwa Mas Djoko sering mengikuti acara Maiyahan via youtube. Selain itu beliau bercerita tentang Mbah Nun secara panjang lebar. Dari pertimbangan itu, akhirnya beliau berinisiatif mambuka usaha kopinya dengan nama ‘Kopi Maiyah’.
3/
Tanpa diketahui Beliau bahwa tujuan kami selain ngopi juga ingin mengajaknya untuk bersilaturrahim dengan sedulur-sedulur Maiyah di Demak. Setelah beliau tahu, beliau pun terkejut dan tertawa secara loss. Kami saling menceritakan pengalaman kami selama bermaiyah.
Di edisi ke dua, bulan Maret 2017, akhirnya Mas Djoko ikut membersamai. Di edisi-edisi berikutnya secara total mensedekahkan diri untuk Kalijagan. Seseorang yang baru kami kenal dan langsung menjadi saudara. Selain rutin membersamai sedulur-sedulur Kalijagan, beliau juga ikut kadang-kadang budhal ke Gambang Syafaat. Dan di bulan Juni 2017, beliau pun ikut ke Jakarta pas Milad Maiyah Kenduri Cinta. Bagi teman-teman Kalijagan beliau didaulat sebagai syechjendnya.
Selanjutnya kami dipertemukan dengan banyak saudara-saudara, seperti Kang Ahyar, Kang Yanto, Kang Mamo, Kang Ajib, Kang Arafat, Kang Yakin, Kang Yusuf, Kang Uqy, Kang Danu, Kang Maftukhin dan Kang-Kang lainnya yang tidak mungkin saya sebutkan semuanya. Mereka semua berasal dari Demak seluruh penjuru arah mata angin. Ada yang dari daerah-daerah yang relatif dekat dengan pusat Kabupaten, semisal Wonosalam, Karangtengah, Sayung, Guntur, Gajah. Ada juga yang berasal dari Mranggen (Kecamatan yang berbatasan dengan Semarang), dari Kebonagung (Kecamatan yang berbatasan dengan Grobogan), Sayung (Kecamatan yang berbatasan dengan Semarang), Karanganyar (Kecamatan yang berbatasan dengan Kudus), dan juga Wedung (Kecamatan yang berbatasan dengan Jepara).
4/
Tidak terasa Kalijagan, Majlis Maiyah ing Tlatah Demak sudah 4 tahun berjalan. Kembali mengingatkan diri sendiri, juga teman-teman Penggiat, Jamaah dan Masyarakat Maiyah Kalijagan terkait sebuah pesan Mbah Nun kepada Maiyah Kalijagan. UNTUK ANAK-ANAKKU KALIJAGAN: Selamat mencari, menelusuri, menemukan, menghimpun, menyebarkan, dan menyuburkan tetanaman Kalijagan di hari ini dan Esok.
Semoga teman-teman di Kalijagan selalu istiqomah untuk kedepannya. Tetaplah provokasi dirimu untuk mengakhirat.