(3 dari 3 Progress Petani)
Semangat memasadepankan masa silam menjadi spirit untuk membangun pergerakan dalam metodologi lingkaran ilmu, riset ilmiah dan kajian komprehensif. Lalu disambungkan dengan dimensi sosial kemasyarakatan, sosial budaya, ekonomi kerakyatan, kurikulum pendidikan manusia dan politik dalam gelembung besar Islam. Mereka melakukan kesemuanya itu berlandaskan spiritualitas yang murni terhadap Tuhan. Hingga tak heran melahirkan semangat cinta kasih dan pengayoman kepada sesama manusia.
Kajian ilmu sebagai pupuk penyubur dalam merangsang ide dan gagasan murni, terus menjelma sebagai pijakan pergerakan yang mulai tumbuh secara alami. Pergerakanitu bermula dari cahaya keyakinan tentang kembalinya kejayaan sawah besar Nusantara yang begitu menguat, memancar melangit dan membumi. Transformasi cahaya itu bergeser dan berubah menjadi semangat istiqomah, kearifan berproses dan konsistensi niat. Terus bergeser menjadi lapisan vibrasi yang menyapu akal dan jiwa serta menjadi pemantik kecil dari berjuta-juta gerakan besar yang terus berdegup.
Hanya dengan kejernihan hati, keseimbangan dan kejujuran berpikir lah, kelak masyarakat tani ini mampu membangun peradaban sawah besar Nusantara. Kemudian manusia di Glagah Wangi mengetahui masyarakat tani itu bernama Kalijagan. Harapan terbesarnya begitu sederhana, hanya memohon kepada Allah agar senantiasa diberikan kekuatan untuk tetap diperjalankan menempuh hamparan pematang sawah dan menanam di petakan sawah yang tidak disemai siapa-siapa.