Mukaddimah Maiyah Kalijagan edisi 4 Oktober 2019
Ada seorang tua yang sedang tidak mampu berjalan meneruskan tujuannya. Sebab teken yang mampu ia gunakan untuk berjalan diganti dengan teken lain, yang kapasitasnya tidak berimbang dengan keadan orang tua tersebut. Meski begitu, orang tua itu sedang berpikir bagaimana mendayagunakan, mengkreatifi teken yang ada untuk menuntunnya sampai pada tujuan.
Selama 74 tahun, teken orang tua itu digonta-ganti bentuk dan daya gunanya. Oleh siapa? Oleh yang bisa engkau kembangkan dalam imajinasimu. Oleh siapa itu yang saban lima tahun sekali menjanjikan macam-macam warna kebahagiaan dan kepuasan atas nafsu dan harapan semumu. Begitu misalnya.
Selama 74 tahun, teken orang tua itu digonta-ganti, namun tidak menyurutkan semangat untuk tetap berjalan menuju tujuan orang tua yakni cita-cita mulia untuk kebahagiaan anak cucunya. Cita-cita apakah itu? Hingga meski berkali-kali dihalangi dengan pergantian teken, namun kreatifitas orang tua tak pernah padam untuk mengakali teken yang berulangkali diamandemen dan direvisi oleh siapa yang siapanya tentu jelas dalam imajinasimu.
Teken adalah hal penting dalam sejarah kehidupan kita, kehidupan masyarakat Nusantara. Sampai kita memiliki kisah, seorang pemuda yang rela dikerumuni lumut, semak belukar dalam kurun waktu yang lama, demi sami’na wa atho’na pada guru dan orang tuanya. Demi menebus kesalahannya juga, bahwa orang salah dihukum adalah suatu kebenaran. Siapa pemuda itu tentu kita tahu, ialah Sunan Kalijaga.
Ada juga teken yang kita jumpai dipegang oleh para kiai dan para habaib saat pengajian-pengajiannya berlangsung. Betapa teken menjadi hal yang tidak bisa lepas dari kehidupan kita, mulai leluhur-leluhur hingga orang-orang kesekarangan ini. Lalu apa sebenarnya teken itu? Apa fungsi sebenarnya? Sebagai pacul kah, pengeruk tanah perdagangan? Sebagai pedang, alat perang fisik dan intelektual kah? Atau ia adalah keris, pusaka kematangan dan kedalaman jiwa seseorang?
Betapa banyak khazanah dan hal yang perlu kita cari, gali, temukan dari teken. Teken menjadi tema yang akan kita sinauni bersama di Maiyah Kalijagan edisi Jum’at, 4 Oktober 2019 pukul 20.00 WIB. Tempatnya tentu di Universitas Sultan Fatah, Jl. Katonsari No. 19, Demak.Dan siapa saja yang memiliki teken bakat, bisa kalian bagi kebahagiaannya di Kalijagan. Siapa tahu, Kalijagan menjadi tekenmu menuju ahli dari bakat terpencarmu. Mari sholawatan bareng, ngopi bareng, sinau bareng, bahagia bareng dengan teken yang telah Allah anugerahkan pada kita. [AN/ Redaksi Kalijagan.com]